Bagi sebagian orang, profesi Pak Inda sebagai penjaga perlintasan kereta api mungkin terlihat sederhana. Nyatanya, penjaga perlintasan kereta api membutuhkan dedikasi yang tidak sederhana. Pekerjaan yang disebut sederhana inilah yang setiap harinya berhasil menyelamatkan ribuan nyawa berharga dari ancaman bahaya.

Padatnya aktivitas ibu kota membuat setiap orang di dalamnya seakan selalu diburu. Tak ayal berbagai cara ditempuh sekalipun harus mengacuhkan aturan asal dapat mempersingkat waktu. Kencangnya sirine terkadang masih dirasa kurang cukup terdengar oleh masyarakat hingga pintu palang yang nyaris tertutup pun masih saja dilanggar. Dibutuhkan dedikasi yang tidak sederhana untuk membuat hal yang selama ini “sudah biasa” menjadi tak terulang selamanya. Secara berkala, bahkan ketika kereta tak nampak wujudnya, Pak Inda membunyikan sirine untuk sekedar memberi peringatan pada warga bahwa di depannya ada perlintasan kereta. Dedikasi yang tak sederhana  juga harus dipertahankannya dengan mengecek satu per satu baut rel kereta sepanjang satu kilometer terhitung sebelum dan sesudah pos jaga dilewati. Tak hanya warga yang melintas, nyawa penumpang kereta pun turut menjadi perhatiannya.

Tidak sulit untuk membuat Pak Inda bahagia. Bukan sanjungan ataupun pujian, namun selamatnya seluruh nyawa warga sudah bisa jadi semangat yang lebih dari cukup baginya untuk terus tulus melayani, mendedikasikan diri bagi keselamatan sesama.